Ejaan yang saya susun disini merupakan modifikasi dari Ejaan Bahasa
Aceh yang Disempurnakan 1980. Modifikasi yang saya lakukan ini bukanlah
suatu bentuk pembangkangan saya terhadap para ahli bahasa yang telah
bersusah payah merumuskannya, melainkan ini adalah bentuk ejaan yang
saya pandang lebih benar MENURUT saya yang bukan berlatar belakang ilmu
kebahasaan. Ini saya lakukan mengingat, sampai saat ini belum ada
kesepakatan akhir mengenai bentuk ejaan bahasa Aceh. Saat ini terdapat
3 kubu besar mengenai ejaan bahasa Aceh, yaitu:
1. Kubu Ejaan Bahasa Aceh yang Disempurnakan
2. Kubu Gerakan Aceh Merdeka (untuk lebih jelas lihat http://tengkuhalimon.com)
3. Kubu masyarakat awam
Perbedaan utama yaitu saya mengganti huruf /i/ pada akhir menjadi fonem
/y/ yang lebih sesuai menurut pengucapannya. Dalam artian saya
mengganti diftong /ai/, /eui/, /ôi/ dan /ui/ menjadi /ay/, /euy/, /ôy/
dan /uy/.
BUNYI HIDUP TUNGGAL
A a Seperti a dalam kata dada, jaja, kata, raba, saya, tata dan lain-lain.
Contoh: arôn (cemara) keubah (simpan) na[1] (ada)
I i Seperti i dalam kata bibi, pipi, sisi, titi dan lain-lain.
Contoh: inong (perempuan) lino (mimisan) hi (mirip)
U u Seperti u dalam kata cucu, kuku, susu dan lain-lain.
Contoh: unoë (lebah) lut (luka) bu (nasi)
É é Seperti é dalam kata kece, kere, kue, lele dan lain-lain.
Contoh: éh (tidur) jéh (itu) baté (kira)
E[2] e Seperti e dalam kata belum, kepala, serang, terang dan lain-lain.
Contoh: e (hai) len[3] (padam) le[4] (banyak)
È è Seperti è dalam kata besok, kepang, perak, sepak, seret dan lain-lain.
Contoh: èk (tahi) bèk (jangan) nè (asal)
EU eu Tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Bagi, yang baru belajar
bahasa Aceh cukup melafalkannya seperti huruf e.
Contoh: eu (lihat) beun[5] (tembolok) beu (biar)
O o Seperti o dalam kata borok, coba, kolak, orang, sopan dan lain-lain.
Contoh: ok (bual) soh (kosong) ho (ke mana)
Ö ö Tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Bagi yang baru belajar bahasa Aceh cukup melafalkannya seperti huruf o.
Contoh: ? mantöng[6] (masih) beu’ö[7] (malas)
Ô ô Seperti o dalam kata bobo, foto, koko, soto, tato dan lain-lain.
Contoh: ôk (rambut) sôh (meninju) rô (tumpah)
BUNYI HIDUP TUNGGAL SENGAU
‘A ‘a Contoh: ‘ap (makan) s‘ah[8] (membisik) ?
‘I ‘i Contoh: ‘icha (isya) ? ch‘i (bunyi desing)
‘U ‘u Contoh: ‘u (bunyi deru) ? ?
‘È ‘è Contoh: ‘èt (pendek) ch‘èk (kecil) pa‘è (tokek)
‘EU ‘eu Contoh: ‘euy (merayap) h‘euh (ini) ?
‘O ‘o Contoh: ‘oh (tahu) s‘oh (merasuk) ch‘oë (sengau)
‘Ö ‘ö Contoh: ? ? ?
BUNYI HIDUP RANGKAP
IË ië Contoh: iët (nama ikan) biëng (kepiting) sië (daging)
UË uë Contoh: uët (gosok) buëng ( rawa) buë (kera)
ÈË èë Contoh: èëlia (aulia) tèëbat (taubat) asèë (Sayang)
EUË euë Contoh: euë (mandul) beuët (baca) pleuë (gosok)
OË oë Contoh: oë (ungkit) — bloë (beli)
BUNYI HIDUP RANGKAP SENGAU
‘ÈË ‘èë Contoh:
‘IË ‘ië Contoh:
‘UË ‘uë Contoh: ‘uë (membajak) s‘uëb (paru) ?
Catatan:
Ë ë Bukan bunyi tunggal. Tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Lebih kurang dibaca seperti bunyi /a/ pada kata kampuang dalam bahasa
Minang, hanya saja diganti dengan bunyi /e/. Bagi yang baru belajar
bahasa Aceh, huruf ini dapat diabaikan.
Contoh: — èëlia[9] (aulia) troë (kenyang)
BUNYI MATI
B b Contoh: ba (bawa) sibu (siram) ranub (sirih)
C c Contoh: cuë (curi) cicém (burung) —
D d Contoh: da (kakak) adèë (jemur) —
G g Contoh: go (gagang) cagok (lawak) —
H h Contoh: ho (ke mana) caheuëng (tonggos) soh (kosong)
J j Contoh: ju (didih) pajôh (makan) —
K k Contoh: ka (sudah) paké (berseteru) bak (pada)
L l Contoh: le (banyak) seulah (cara) —
M m Contoh: mè (bawa) leumah (tampak) rhom (lempar)
N n Contoh: na (ada) seunak (sesak) lôn (saya)
NG ng Contoh: nga (beringin) bangay (bodoh) wéng (kayuh)
NY ny Contoh: nyan (itu) rinyah (becek) —
P p Contoh: peuë (apa) lapèë (lumpuh) kap (gigit)
R r Contoh: rô (tumpah) sira (garam) —
S s Contoh: su (suara) pasi (pantai) —
T t Contoh: toë (dekat) mita (cari) lut (luka)
W w Contoh: woë (pulang) riwang (kembali) —
Y y Contoh: yu (suruh) payéh (pepes) sapay (lengan)
Bunyi /f/, /q/, /v/, /x/ dan /z/ tidak terdapat dalam bahasa Aceh. Bunyi /f/ hanya terdapat pada sebagian dialek.
Berbeda dengan bahasa Melayu, bahasa Aceh tidak memiliki kata-kata yang berakhiran dengan bunyi /l/, /r/, /s/ dan /w/.
Juga tidak memiliki kata-kata yang berakhiran dengan huruf c, d, g, j dan ny.
BUNYI MATI RANGKAP
BH bh Contoh: bhuëk (tenggelam) —
BL bl Contoh: blië (melotot) —
BR br Contoh: bruëk (tempurung) subra (ribut) —
CH ch Contoh: choë (alasan) keuch‘ak (geniter) —
CR cr Contoh: crah (retak) peucrok (mengejar) —
DH dh Contoh: dhiët (bagus) —
DR dr Contoh: drop (tangkap) kadra (belanak) —
GH gh Contoh: ghuën (kental) —
GL gl Contoh: gla (licin) —
GR gr Contoh: gr‘am (gemas) —
JH jh Contoh: jhô (mendorong) —
JL* jl Contoh: jluëh (rusa) —
JR jr Contoh: jroh (baik) —
KH kh Contoh: kha (perkasa) jakhap (terkam) —
KL kl Contoh: klik (berteriak) beuklam (semalam) —
KR kr Contoh: kruëng (sungai) sikrôp (sekerup) —
LH lh Contoh: lhat (menggantung) —
MB* mb Contoh: mbông (sombong) —
MP* mp Contoh: mpèë (empu) —
NC* nc Contoh: ncông (di atas) —
ND* nd Contoh: ndië (nama takaran) —
NDR* ndr Contoh: ndrop —
NGG* ngg Contoh: nggang (enggang) —
NJ* nj Contoh: njèë —
NYH* nyh Contoh: nyhèh (sekam) —
PH ph Contoh: pho (terbang) kaphé (kafir) —
PL pl Contoh: pluëng (lari) kaplat (keparat) —
PR pr Contoh: proh (memecahkan) —
RH* rh Contoh: rhah (mencuci) —
SH* sh Contoh: sh‘ah (membisik) —
SR* sr Contoh: srah (mencuci) —
TH th Contoh: thô (kering) bathom (beban) —
TR tr Contoh: troë (kenyang) bétra (bahtera) —
Catatan:
* Tidak pada semua dialek
Bunyi mati rangkap /mb/, /mp/, /nc/, /nd/, /ngg/ dan /nj/ tidak
terdapat pada beberapa dialek, sehingga pada kata-kata yang memakai
bunyi di atas, selalu didahului bunyi /eu/, sehingga:
mbông —> eumbông
mpèë —> eumpèë
ncông —> euncông
ndië —> eundië
nggang —> eunggang
njèë —> eunjèë
Bunyi mati rangkap /ndr/ saya peroleh dari Saudara Fadli Rais dari
Peureumbeuë, Acèh Barat. Dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia terbitan
Balai Pustaka, tidak menyebutkan adanya bunyi ini, demikian pula untuk
bunyi mati rangkap /sh/. Sedangkan bunyi mati rangkap /nyh/, pada
dialek lainnya hanya berupa /ny/.
Perlu diketahui bahwa kata-kata yang berbunyi mati rangkap /mb/, /mp/,
/nc/, /nd/, /ndr/, /ngg/, /nj/, /nyh/ dan /sh/, sangat terbatas
jumlahnya dalam bahasa Aceh.
Bunyi mati rangkap /sr/ hanya terdapat pada dialek Banda, sedangkan
pada dialek lainnya berupa bunyi mati rangkap /rh/. Jumlah kata-kata
yang berbunyi mati rangkap ini juga tidak banyak jumlahnya.
Walaupun tidak semuanya, bunyi mati rangkap /jl/ berasosiasi dengan
bunyi mati rangkap /gl/ pada dialek lainnya. Bunyi mati rangkap /gl/
lebih luas penyebarannya.
================================================== ====================================
[1] Pada dialek Banda: nö.
[2] Setahu saya, tidak dijumpai pada dialek-dialek pesisir barat
(Tunong, Seunagan, Meulabôh, Daya) dan Banda, kecuali pada kata “le”
(banyak), itupun pada dialek Lhong Raya diucapkan “lô”. Fonem /e/ pada
dialek-dialek ini berubah menjadi /ô/.
[3] Pada dialek Banda: lôn.
[4] Pada dialek Lhong Raya: lô (wawancara dengan Cut Munandar dari Lhong Raya).
[5] Pada dialek lainnya: beum.
[6] Pada dialek pesisir barat dan Banda: mantong.
[7] Pada dialek pesisir barat dan Banda: beu’o.
[8] Pada dialek Seulimeum: sh‘ah. Pada dialek lainnya: s‘aih.
[9] Pada dilake lainnya: olia.
miseu na yang pereulee peutamah sila neu peutamah manteng... saban
saban tameurunoe.. seubab laen teumpat dan gampoeng laen lom cara jih
maaf if repost